Latest Update :
Home » » Kakek Tua Penjual Tali Sepatu

Kakek Tua Penjual Tali Sepatu

 Jatinangor, tepatnya Universitas Padjadjaran adalah almamaterku, tempatku menimpa ilmu dan sebagai langkah awal mencapai asaku. Tak jauh berbeda memang dengan aktivitas di kampus lain dengan segala hiruk-pikuk lalu lalang para mahasiswanya. Jatinangor pun kini menjadi daerah pendidikan yang semakin mengalami perkembangan mengikuti zaman. Kultur dan pola pikir masyarakatnya pun kini mulai mengalami perubahan ke arah yang lebih dinamis, tidak hanya terpaku kepada pemikiran yang kolot semata. Namun, apakah daerah ini masih menjadi surga bagi warganya. Tidak ada yang dapat memastikan akan hal itu.
            

Seperti layaknya mahasiswa lain, pagi-pagi buta aku sudah terjaga dari dinginnya cuaca kala itu. Namun, bagaimana lagi aku harus melaksanakan amanah yang aku terima. Tak ada kata lain, jangan sampai mengeluh dalam keadaan dan aku pun percaya dibalik sebuah kesulitan, pasti ada kemudahan yang berdampak kepada kebahagiaan. Dengan semangat 45, akupun memaksakan diri untuk membersihkan badan, walaupun airnya sangat mengiris kulit ari, terasa dingin yang membuatku menggigil kedinginan.
            Aktivitas pagi hari pun begitu ramai dengan lalu lalang mahasiswa dan pedagang yang memiliki aktivitanya masing. Begitu juga aku, aku disibukkan dengan buku-buku dan Jas Laboratoriumku, karena aku harus mengikuti praktikum yang lumayan menguras tenaga dan pikiran. Semua pasti ada hikmahnya, kalau tidak praktik bagaimana mungkin kita dapat mengetahui kejadian yang sebenarnya di lapangan.
            Diperjalan menuju kampus, mataku kini terpaku pada satu sudut kampus yang mulai ramai oleh tukang ojeg yang menawarkan jasanya. Disisi lain aku melihat seorang kakek tua yang terlihat begitu sayup, namun semangatnya terus saja melekat pada diri kakek itu. Perlahan ku dekati kakek tua itu dan ternyata kakek tua itu sedang berdagang tali sepatu yang menurutku memiliki peluang yang sangat kecil untuk mendapatkan keuntungan. Namun, kakek tu yang selalu memakai topi ini selalu saja berusaha dan baginya dia rela melakukan apapun demi keluarganya.
            Setelah ditelusuri, kakek tua ini menghabiskan waktunya di Jatinangor menjajakan dagangannya hanya untuk bekal keluarganya. Dia tidak akan pulang kampong sampai dia mendapatkan penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Aku pun memutuskan untuk membeli sepasang tali sepatu itu walaupun tali sepatuku masih terlihat bagus. Namun, apa salahnya membeli sebagai cadangan nantinya.
            Tadinya aku mau berbincang banyak dengan si kakek itu, namun waktu telah memaksaku untuk berpisah karena harus mengikuti perkuliahan yang lumayan padat. Rencananya aku mau mewawancarai kakek itu dilain waktu yang luang. Semoga pengalaman beliau bisa menjadi hikmah tersendiri bagi diriku pada khususnya dan teman-temanku pada umumnya. Sesampainya di kelas, aku menceritakan kejadian yang telah menimpaku kepada teman-temanku. Mereka pun merasa iba dan terharu mendengar cerita tentang si kakek itu.
            Waktu istirahat pun tiba, aku pun memutuskan untuk makan di kantin bersama teman-temanku. Setelah tiba di kantin ada hal aneh yang terjadi, aku melihat kakek tua yang tadi ada di gerbang lama Unpad. Aku heran dan memastikan apakah beliau kakek yang tadi pagi digerbang. Setelah aku bertanya, ternyata memang benar kakek itu adalah pedagang tali sepatu yang tadi pagi. Namun, kali ini kakek tua itu beralih profesi menjadi pedagang Koran. Seperti biasanya, dengan semangat yang pantang menyerah kakek itu menjajakan dagangannya dengan yakin dan kalimat persuasi para pelanggannya. Teman-temanku pun terbengong dan kagum kepada kakek tua itu, di usianya yang sudah renta yang seharunya menikmati masa tuanya masih saja bekerja demi kepentingan keluarganya.
            Salah satu temanku bertanya pada kakek itu tentang anaknya dan seharusnya anaknya yang menggantikan posisi si kakek. Namun, dengan legowo dan bijak kakek tua itu menjawab “selama masih bisa berjalan dan memiliki nikmat kesehatan, kakek masih mau membantu keluarga”. Lagi pula, anak-anaknya juga memiliki bebannya masing-masing karena semuanya sudah berumah tangga. Kondisi ekonomi juga mendesak si kakek untuk berusaha lebih di usianya kini yang tidak muda lagi. Akhirnya, percakapan kami dengan si kakek pun berakhir karena aku dan teman-temanku harus kembali kuliah. Salah satu temanku memborong Koran yang dijajakan kakek tua itu. Katanya sih untuk dibagikan juga untuk teman-temannya yang lain. Sang kakek pun tersenyum tanda terima kasih dengan bibir yang merekah.
      Hidup memang pilihan, apakah kita memilih untuk maju dan berkembang atau hanya bertahan diri saja. Si kakek yang setua itu, masih saja memiliki motivasi yang tinggi untuk membiayai keluarganya. Padahal kondisinya sudah terlalu rapuh dan harusnya lebih banyak beristirahat. Sebagai pemuda, mahasiswa memiliki semangat yang lebih dari si kakek. Dengan kondisi seperti itu saja si kakek bisa bertahan, kenapa mahasiswa yang masih bugar lebih sering mengeluh dan meratapi keadaan. Semoga kita dapat mengambil hikmah kehidupan yang lebih baik. Aaamiin.
Share this article :

Link Partner

 
Support : Haircuts Hairstyles | Short Hairstyles | Medium Hairstyles | Long Hairstyles | Korean Hairstyles
Copyright © 2013. Short Hairstyles 2013 - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website and Re-Designed by Assyams
Proudly powered by Blogger